München: Mengintip Oktoberfest 2010

Seorang kenalan baru, yang bertemu di Lourdes pada perjalanan saya di awal bulan September berkata, “Mumpung tinggal di Jerman lho Mbak, hayo sempetin lihat Oktoberfest, sekalian mampir ke tempatku. Sayang banget lho kalau dilewatkan begitu saja”.

Oktoberfest di München? Woooow, jauh sekali jaraknya dari kota tempat saya tinggal, sekitar 737 km. Tahun ini saya memang sama sekali tidak mempunyai rencana untuk mengunjungi pesta rakyat terbesar dan terkenal di Jerman itu. Apalagi agenda perjalanan yang sudah di depan mata adalah mengantar keluarga suami jalan-jalan ke wilayah Jerman Timur dan Austria dalam waktu yang sangat sempit. Tidak mungkin ada waktu mengunjungi Oktoberfest. Tapi, sepertinya akan ada cerita lain ketika saya memeriksa ulang itinerary perjalanan suami. Ada kota yang lebih efisien sebagai tempat transit yang menarik sepulang dari Salzburg (Austria) untuk kembali ke rumah. Yup! München bisa dijadikan tempat transit dan tentu saja menarik karena Oktoberfest-nya :-)
Poster Oktoberfest 2010 dengan icon khasnya: Drindl (Kostum Tradisional Wanita), Lederhose (Kostum Tradisional Pria), Bir, Brezel, dan Lebkuchen

Oktoberfest, sering juga orang menyebutnya Wiesn, memang pesta rakyat rutin tahunan. Setiap tahun antusias pengunjungnya bukan saja dari wilayah Bavaria, tetapi juga dari kota-kota di negara bagian Jerman lainnya, bahkan boleh dibilang dari seluruh dunia. Kebetulan, ketika saya mencari informasi mengenai Oktoberfest ini, tahun 2010 merupakan tahun yang istimewa. Tahun ini adalah perayaan 200 tahun Oktoberfest dan Pemerintah kota München pun memberikan hadiah 1 hari tambahan untuk berpesta, sehingga pesta berlangsung lebih lama daripada tahun-tahun sebelumnya, yaitu 17 hari (18 September – 4 Oktober). Duh, saya makin penasaran jadinya.


Gate to Oktoberfest
Waktu sudah menujukkan pukul 16.00 ketika saya tiba di München, artinya tidak akan banyak waktu yang bisa saya habiskan di kota ini. Tetapi daripada tidak sama sekali, beberapa jam saja di München wajib disyukuri. Apalagi suasana pesta rakyat sudah terasa sejak saya menjejakan kaki di stasiun utama kereta api (Haupbahnhof) München. Terlihat di kiri, kanan, depan ,belakang, pria, wanita, tua, muda mengenakan pakaian tradisional untuk acara ini. Pemandangan itu membuat saya sudah mulai menikmati pesta walau belum sampai di tempat yang sesungguhnya. Saya masih harus berjalan kaki sekitar 15 menit menuju Theresienwiese, tempat Oktoberfest digelar. Perjalanan tidak berasa lama, karena sepanjang jalan, semakin banyak pengunjung mengenakan pakaian tradisional dan semakin mendekati pusat acara, semakin padat aliran pengunjungnya.

Antri dengan pakaian tradisional

Pintu gerbang selamat datang mengingatkan saya pada pesta rakyat tahunan yang kita miliki juga, Sekaten. Ya, seperti Sekatenan kalau orang Jogja bilang. Di lapangan yang luas itu dipenuhi juga oleh penjual balon, penjual makanan, penjual kaos dan stand-stand permainan. Satu hal yang paling menarik bagi saya adalah kue khas Oktoberfest yang bernama Lebkuchenherz. Kue tipis berbentuk jantung hati dengan hiasan gula-gula sebagai toppingnya dijual di banyak stand dan menjadi salah satu icon Oktoberfest. Ukurannya pun beragam, dari yang kecil hingga yang super besar. Eh, setiap kue tertulis bermacam-macam pesan lho, seperti Gruss von Oktoberfest (Salam dari Oktoberfest) ataupun Ich liebe dich (Saya cinta kamu). Menjadi semakin menarik bagi saya, karena terlihat banyak pengunjung tua, muda, laki, perempuan yang mengalungkan Lebkuchenherz di lehernya. Semakin besar Lebkuchenherz yang tergantung di leher, sepertinya membuat mereka menjadi semakin bangga. Lucu ya?

Lebkuchenherz

Bukan Oktoberfest namanya kalau tidak ada pesta bir. Di sinilah surganya bir. Suasana pesta semakin terasa di dalam tenda-tenda besar yang disebut Zelt. Lebih dari 1000 orang bisa memenuhi bangku-bangku panjang dalam Zelt. Panggung, musik, tarian dan pastinya bir menjadi bagian di dalamnya. Menurut informasi di televisi sini, tidak jarang banyak artis-artis yang juga menjadi pengunjung Zelt. Saya sendiri tidak sempat masuk untuk mencicipi atmosfernya. Kabarnya juga, untuk bisa masuk ke salah satu Zelt, reservasi tempatnya harus dilakukan 6 bulan sebelumnya walau tiket masuk hanya seharga 4 Euro. Wuiih...seperti apa ya suasananya?

Suasana di depan Zelt Augustiner

Bagi mereka yang tidak dapat tempat di dalam Zelt, tentunya masih tetap dapat mengadakan pesta bir. Banyak juga stand-stand yang lebih kecil, yang disebut Beer Garten, yang juga menjadi destinasi pengunjung. Tentu saja suasana di Beer Garten yang tanpa panggung berbeda dengan suasana di Zelt. Saking banyaknya peminum, jangan kaget juga, kalau sering bertemu dengan pengunjung yang jalan terhuyung-huyung dibantu beberapa temannya, atau seperti yang saya lihat, pengunjung yang jatuh bahkan juga yang muntah di pinggir jalan yang sepi karena kebanyakan minum. Konsekuensi dari pesta bir.
Permainan aman untuk orang tua


Seperti pesta rakyat pada umumnya, Oktoberfest bukan hanya milik penggemar bir, tetapi keluarga dan anak-anak juga menjadi bagiannya. Mereka menikmati suasana dan memenuhi stand-stand permainan. Stand-stand permainan seru yang memicu adrenalin dipenuhi oleh jeritan-jeritan anak-anak remaja. Saya sendiri tidak berani mencobanya. Melihat saja kog berasa mulas :-) Btw, ada juga lho stand permainan kategori seru untuk manula. Sepertinya semua golongan usia menikmati pesta ini dan semakin malam, semakin banyak lampu yang menyala, suasana pun menjadi semakin ramai. Sayang, di saat itu saya harus segera meninggalkan keramaian ini.


Serunya terbang di atas sana

Waktu menunjukkan pukul 19.30. Tiga jam lamanya di pesta rakyat terbesar di dunia ini berasa hanya sekejap. Itu pun tidak cukup waktu buat saya untuk melihat setiap sudutnya. Saya harus melanjutkan perjalanan ke kota tetangga, Nuernberg, yang lamanya 2 jam dari München hanya untuk bermalam. Hanya untuk bermalam di Nuernberg? Yaah.. hanya untuk bermalam karena saya tidak berhasil mendapatkan hotel yang sesuai di München. Pada periode Oktoberfest, tarif kamar hotel menjadi sangat melejit, sekitar 3 – 4 kali lebih mahal daripada tarif normal. Itu pun rata-rata semua kamar sudah terisi. Mungkin reservasinya pun harus dilakukan 6 bulan sebelumnya. Itulah Oktoberfest.

Sekejap di Oktoberfest 2010 memberikan kesan buat saya. Apalagi saya berhasil membawa pulang kaos official Oktoberfest 2010 dengan harga diskon. Maklum, hari itu adalah hari-hari menjelang berakhirnya Oktoberfest 2010. Berjalan kaki lagi ke arah stasiun pun disertai senyum lebar :-)

P.S.:
Hati-hati dengan tas, dompet atau barang berharga yang kita bawa.
Ada gula - ada semut, pasti banyak copet di tempat ramai seperti Oktoberfest. Saya sempat melihat pencopet yang tertangkap polisi dan ketika tasnya dibongkar, banyak dompet didalamnya.

Referensi:
 

Komentar